TARIAN
ASLI NEGERI URENG
-
Tarian Tiki-Taka
Nama Tiki-Taka ini diambil dari bahasa gunung dan bahasa pantai dalam
perpaduan bahasa yang selaras dengan momentum pertemuan antara penghuni Negeri
Nakalale dengan penghuni Negeri Urehena dalam perpaduan budaya. Kata Tiki-Taka
yang berasal dari bahasa gunung dan bahasa pantai mengandung arti tersendiri :
Tiki yang artinya Petik, dari bahasa gunung dengan Parang dan Salawaku
Putih. Taka artinya Kedamaian, dari bahasa pantai dengan tarian Tamil.
Secara lengkap sebutan Tiki-Taka berarti Petik Kedamaian dalam satu
kesatuan makna.Pemimpin tarian Tiki-Taka adalah Raja Tombak aliran putih (Latu
Tupa Putih) yaitu suatu kedigdayaan aliran para Wali.
Tarian Tiki-Taka ini dirancang oleh seorang Maulana Asal Baghdad (Penyiar
Agama Islam) dizaman awal masuknya Agama Islam di Jazirah Mulok atau wilayah
Maluku, yang bernama Amrullah Al-Fatani yang kemudian dinobatkan menjadi Raja
dengan gelar Upu Latu Marayase di Negeri Ureng dan memangku jabatan kepala adat
diwilayah Uli Ala Nurwa Itu Sopa Barakate dengan gelar Siwa Lete yang artinya
sembilan tertinggi pada sembilan Uli di Jazirah Leihitu.
Tombak berwarna putih melambangkan kualitas / kedigdayaan aliran putih dari
golongan para Wali. Tarian ini dilakukan saat awal pertemuan antara penghuni
Negeri Nakalale dengan Urehen, yang menandakan bahwa telah terjadi perubahan
kualitas tombak warna hitam dari para kapitan, menjadi kualitas tombak kapitan
berwarna putih, sebagai simbol penyatuhan ketahanan adat yang selaras dengan
Agama, maka tokoh pancetus perubahan warna tombak itu diberi marga Lelitupa
kemudian menjadi Laitupa, setelah mengalami degradasi bahasa.
Parang dan Salawaku putih dengan dua bulu ayam jantan pada kopiah/peci
melambangkan sikap satria dengan simbol ayam jantan putih, memandakan bahwa
telah terjadi perubahan warna satria ayam jantan hitam (Manu Tula Miten)
menjadi satria ayam jantan putih (Manu Tula Putih).
Gerakan miring Salawaku (Leli Awen) memberi isarat bahwa semua penyaluran
kekuatan dan kedigdayaan haruslah lebih peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan
dalam hubungan horizontal antara sesama manusia serta melindungi dan
menghormati hak asasi manusia.
Tarian Tamil dengan pakaian para Wali yang menari dan bersukaria,
menandakan bahwa para penghuni pantai sedang bersukaria menyambut kehadiran
para penghuni Negeri Nakalale untuk hidup berdampingan secara rukun dalam
nuansa kedamaian.
Pukulan gong dua kali dalam irama tarian Tiki-Taka, dan dua kali pukulan
dari penari Tamil, serta dua kali hentakan kaki dari gerakan Parang Salawaku,
semua penyaluran kekuatan dan kedigdayaan harus berlandaskan kepada ketahanan
Dua Kalimat Syahadat.