Selasa, 23 April 2013

TARIAN BUDAYA ASLI NEGERI URENG

TARIAN ASLI NEGERI URENG 

-          Tarian Tiki-Taka
Nama Tiki-Taka ini diambil dari bahasa gunung dan bahasa pantai dalam perpaduan bahasa yang selaras dengan momentum pertemuan antara penghuni Negeri Nakalale dengan penghuni Negeri Urehena dalam perpaduan budaya. Kata Tiki-Taka yang berasal dari bahasa gunung dan bahasa pantai mengandung arti tersendiri :
Tiki yang artinya Petik, dari bahasa gunung dengan Parang dan Salawaku Putih. Taka artinya Kedamaian, dari bahasa pantai dengan tarian Tamil.
Secara lengkap sebutan Tiki-Taka berarti Petik Kedamaian dalam satu kesatuan makna.Pemimpin tarian Tiki-Taka adalah Raja Tombak aliran putih (Latu Tupa Putih) yaitu suatu kedigdayaan aliran para Wali.
Tarian Tiki-Taka ini dirancang oleh seorang Maulana Asal Baghdad (Penyiar Agama Islam) dizaman awal masuknya Agama Islam di Jazirah Mulok atau wilayah Maluku, yang bernama Amrullah Al-Fatani yang kemudian dinobatkan menjadi Raja dengan gelar Upu Latu Marayase di Negeri Ureng dan memangku jabatan kepala adat diwilayah Uli Ala Nurwa Itu Sopa Barakate dengan gelar Siwa Lete yang artinya sembilan tertinggi pada sembilan Uli di Jazirah Leihitu.
Tombak berwarna putih melambangkan kualitas / kedigdayaan aliran putih dari golongan para Wali. Tarian ini dilakukan saat awal pertemuan antara penghuni Negeri Nakalale dengan Urehen, yang menandakan bahwa telah terjadi perubahan kualitas tombak warna hitam dari para kapitan, menjadi kualitas tombak kapitan berwarna putih, sebagai simbol penyatuhan ketahanan adat yang selaras dengan Agama, maka tokoh pancetus perubahan warna tombak itu diberi marga Lelitupa kemudian menjadi Laitupa, setelah mengalami degradasi bahasa.
Parang dan Salawaku putih dengan dua bulu ayam jantan pada kopiah/peci melambangkan sikap satria dengan simbol ayam jantan putih, memandakan bahwa telah terjadi perubahan warna satria ayam jantan hitam (Manu Tula Miten) menjadi satria ayam jantan putih (Manu Tula Putih).
Gerakan miring Salawaku (Leli Awen) memberi isarat bahwa semua penyaluran kekuatan dan kedigdayaan haruslah lebih peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam hubungan horizontal antara sesama manusia serta melindungi dan menghormati hak asasi manusia.
Tarian Tamil dengan pakaian para Wali yang menari dan bersukaria, menandakan bahwa para penghuni pantai sedang bersukaria menyambut kehadiran para penghuni Negeri Nakalale untuk hidup berdampingan secara rukun dalam nuansa kedamaian.
Pukulan gong dua kali dalam irama tarian Tiki-Taka, dan dua kali pukulan dari penari Tamil, serta dua kali hentakan kaki dari gerakan Parang Salawaku, semua penyaluran kekuatan dan kedigdayaan harus berlandaskan kepada ketahanan Dua Kalimat Syahadat.